TIMES MALAYSIA, PACITAN – Ada yang beda di SDN 3 Sukodono, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jumat (14/3/2025). Hari ini, gempa tak betul-betul terjadi, tapi semua orang sibuk berlatih menyelamatkan diri.
Bukan latihan biasa, ini sosialisasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), program yang mengajari warga sekolah cara tetap selamat kalau bumi tiba-tiba bergoyang.
Sosialisasi ini serius. 56 peserta, mulai dari guru, murid, sampai perwakilan orang tua, berkumpul untuk satu tujuan: belajar selamat dari bencana. Mereka diajak memahami tiga pilar penting SPAB—fasilitas pendidikan yang aman, manajemen bencana di sekolah, dan edukasi pengurangan risiko bencana.
Di hadapan para peserta, Kepala SDN 3 Sukodono Sri Rasawati, berbicara tegas. Baginya, keselamatan anak-anak bukan perkara bisa atau tidak, tapi harus.
"Dengan adanya sosialisasi ini, kita berharap SDN 3 Sukodono dapat lebih siap dalam menghadapi berbagai potensi bencana, sehingga keselamatan siswa dan tenaga pendidik lebih terjamin," ujar Sri Rasawati.
Sementara itu, Koordinator Tim SPAB, Dwi Setyaningsih, juga tak mau kalah. Ia mengingatkan bahwa sekolah bukan sekadar tempat belajar, tapi juga tempat berlindung. Maka, sekolah harus punya jalur evakuasi yang jelas, titik kumpul yang aman, dan rutin latihan bencana.
"Sekolah harus memiliki jalur evakuasi yang jelas, titik kumpul yang aman, serta melakukan simulasi bencana secara berkala agar seluruh warga sekolah siap menghadapi situasi darurat," katanya.
Setelah teori, kini praktik. Simulasi gempa dimulai. Murid-murid dan guru berlatih dengan protokol "Drop, Cover, and Hold"—jongkok, lindungi kepala, dan bertahan sampai aman. Begitu gempa bohongan usai, mereka bergerak menuju titik kumpul, tertib, seperti sungguhan.
Bagi Dwi Setyaningsih, latihan yang menggandeng Rumah Zakat ini bukan sekadar formalitas.
"Kesiapsiagaan merupakan kunci utama dalam mengurangi dampak bencana. Dengan latihan yang terus-menerus, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak kita di sekolah," tegasnya.
Hasilnya? Para siswa dan guru merasa lebih siap. Mereka tahu harus ke mana saat gempa datang, tahu harus berbuat apa. Bukan sekadar tahu teori, tapi benar-benar bisa bertindak.
Menyiapkan Sekolah, Menyiapkan Masa Depan
Kegiatan ini bukan kali pertama, juga bukan yang terakhir. SDN 3 Sukodono berharap program ini bisa diterapkan di lebih banyak sekolah. Agar tidak ada lagi murid yang bingung, guru yang panik, atau orang tua yang waswas saat bencana datang.
Karena sekolah bukan sekadar tempat menuntut ilmu, tapi juga tempat berlindung. Dan siapa tahu, dengan sosialisasi seperti di SDN 3 Sukodono Pacitan ini, nanti kalau bumi benar-benar bergoyang, mereka tidak cuma bisa menyelamatkan diri, tapi juga orang lain. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Wujudkan Sekolah Tangguh Bencana, SPAB Gelar Simulasi Gempa di SDN 3 Sukodono Pacitan
Writer | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |