TIMES MALAYSIA, BANDUNG – Dunia aktivisme dan pemberdayaan kini memiliki wajah baru yaitu Regina Diya Azzahra (19). Mahasiswi Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) asal Bandung ini tak hanya fokus pada studi, tetapi juga aktif menyuarakan isu lingkungan dan hak anak.
Dalam hal ini perjalanan pemilik akun media sosial Instagram @reginadiyaazzahra menuju gelar Runner Up 2 Putri Padjadjaran 2025, yang diraihnya mewakili Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Unpad, bukan sekadar kontes kecantikan semata.
"Perjalanan saya tidak dimulai dari panggung atau sorotan, tapi dari keyakinan kecil bahwa suara seorang anak muda khususnya perempuan bisa menggerakkan sesuatu," katanya dalam wawancara eksklusif bersama TIMES Indonesia, pada Jumat (5/12/2025).
Momen Regina Diya Azzahra di acara grand final Putra Putri Padjadjaran 2025. (FOTO: Regina for TIMES Indonesia)
Dia sering membagikan kegiatannya sebagai aktivis Save the Children Indonesia dan UNICEF Indonesia. Selama bertahun-tahun ia berkecimpung dalam isu keberlanjutan dan hak asasi anak, membuatnya melihat platform seperti itu sebagai jalan untuk mengintegrasikan ilmu dengan nilai kemanusiaan.
Sustainergy AgroAction: Menggerakkan Agroindustri Ramah Iklim
Lebih lanjut Regina membawa advokasi yang memadukan antara lingkungan, keberlanjutan, dan pemberdayaan remaja. Secara khusus, ia menggagas gerakan advokasi bernama “Sustainergy AgroAction”.
Konsep ini jelasnya, berupaya menyinergikan energi keberlanjutan dengan aksi nyata di bidang agroindustri. Aksi tersebut mencakup dorongan untuk mengurangi food waste, memperkuat ketahanan pangan, dan mendukung praktik ramah iklim.
Prestasi yang mengiringi langkahnya cukup menonjol. Selain menjadi Runner Up 2 Putri Padjadjaran 2025, Regina juga tercatat sebagai aktivis dan anggota Child Campaigner Jawa Barat dari Save the Children.
Kemudian dirinya pernah didaulat menjadi narasumber global pada konferensi internasional Ending Violence Against Children (EVAC) dan merupakan Delegasi Indonesia Child Conference 2022.
Pengalaman lain yang menguatkan posisinya meliputi jabatan Project Officer FTIP Leader Class 2025 dan Sekretaris I HIMATEIN. Regina juga berperan sebagai GenPeace Ambassador 2024, berkolaborasi dalam Pagelaran Anak Panca Sora.
Tantangan dan Harapan Generasi Pembawa Perubahan
Menurut pandangan Regina, bahwa tantangan terbesar bagi generasi muda hari ini adalah menyeimbangkan literasi yang belum merata dan komitmen yang sering terhenti hanya pada wacana tanpa aksi nyata.
“Bagi saya tentu tantangannya adalah menyeimbangkan kegiatan antara studi, organisasi, dan advokasi,” ujar Regina menuturkan sembari tersenyum manis. Namun, ia menilai proses inilah yang mengajarkan ketahanan dan konsistensi.
Lebih jauh Regina meyakini bahwa perubahan besar lahir dari langkah kecil yang konsisten. Ia mengajak generasi muda untuk bertindak. Dia berpesan, “Mulai dari rumah dengan mengurangi food waste, dukung produk lokal, jaga bumi, peduli sekitar, dan berani bersuara ketika ada ketidakadilan.”
Lanjut Regina menyatakan bahwa generasi muda adalah pihak yang paling punya peluang untuk membalikkan arah sejarah menuju masa depan yang berkelanjutan. Ia menambahkan, manusia tidak harus sempurna, kita hanya perlu berani memulai dan berani bertahan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Regina Diya Azzahra Suarakan Pemberdayaan Sustainergy Agroaction
| Writer | : Wandi Ruswannur |
| Editor | : Faizal R Arief |